Senin, 21 November 2011

Frau Holle

berhubung kemarin diminta mencari contoh Maerchen di mata kuliah PSJ A di kuliah.. Setelah melihat di http://www.grimmstories.com/de/grimm_maerchen/frau_holle
gw mencoba mengetik ulang (nyontek ke buku kumpulan cerita Grimm sih).
sayangnya akhirnya cerita Frau Hollenya gak dipakai.


Frau Holle

Pada duatu masa hiduplah seorang janda dengan dua anak gadisnya, salah satuny berparas cantik dan rajin bekerja, sementara yang lainnya buruk rupa lagi malas bekerja. Namun demikian sang ibu lebih mencintai putrinya yang jelek dan malas karena gadis itu anak kandungnya sendiri. Anak gadis satunya, yang adalah anak tirinya, harus mengerjakan semua pekerjaan dan berperan menjadi Cinderella di rumah itu. Setiap hari gadis cantik yang malang itu harus duduk di sebuah mata air, di jalan besar, serta terus memintal dan memintal hingga jari-jarinya berdarah.

Pada suatu hari pintalannya ternodai oleh darahnya, sehingga dia berusaha menjulurkannya ke dalam air untuk menghilangkan bercak-bercak darah tersebut; namun pintalannya terlepas dari tangannya dan jatuh ke dasar mata air. Dia mulai menangis, dan berlari menuju ibu tirinya untuk menceritakan kejadian tersebut. Ibu tirinya justru memarahinya dengan sengit, dan tanpa ampun menghardik, “Karena kau telah membiarkan pintalan itu terjatuh, maka kau harus mengeluarkannya dari dasar mata air.”

Maka si gadis pun kembali ke mata air tanpa tahu harus berbuat apa; dalam kesedihan hatinya dia melompat masuk ke dalam mata air untuk mendapatkan kembali pintalannya. Dia kehilangan kesadarannya; ketika terbangun dan kembali menguasai dirinya, dia tengah berada di sebuah padang rumput yang indah, bermandikan sinar matahati dan dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Dia berkeliling sepanjang padang rumput itu, dan akhirnya sampailah di sebuah panggangan pembuat roti yang penuh berisi roti, dan roti-roti itu berteriak, “oh, keluarkan aku! Keluarkan aku! Atau aku akan terbakar; aku telah dipanggang dalam waktu yang lama!” Gadis itu mendekatinya, dan mengeluarkan roti satu persatu menggunakan serokan roti.

Setelah itu dia melangkahkan kaki hingga sampai di sebuah pohon yang dipenuhi apel. Apel-apel itu berteiak memanggilnya, “oh, goncangkanlah aku! Goncangkanlah aku! Kami semua, kawanan apel ini, sudah matang!” Gadis itu pun menggoncangkan pohon hingga apel-apel berjatuhan laksana hujan, dan terus menggoncangkan hingga seluruh apel di pohon itu terjatuh. Setelah mengumpulkan seluruh apel menjadi sebuah timbunan, dia pun kembali melanjutkan perjalanannya. Akhirnya sampailah dia di sebuah rumah kecil, dan dari dalam rumah itu seorang perempuan tua sedang mengintipnya; namun perempuan tua itu memiliki gigi-gigi berukuran besar yang membuat gadis itu takut dan berniat melarikan diri. Akan tetapi perempuan tua itu memanggilmnya, “apa yang kau takutkan, nak? Tinggallah bersamaku. Asalkan kau bersedia melakukan pekerjaan rumah dengan baik, maka kau akan hidup secara lebih layak. Hanya saja kau harus mengurus tempat tidurku dengan rapid an mengibaskannya dengan tekun sampai bulu-bulu kasurnyya beterbangan, hingga kemudian akan muncul salju di bumi. Aku adalah ibu Holle.”

Setelah perempuan tua itu berkata dengan ramah kepadanya, timbul keberanian dalam diri si gadis dan menerima tawarannya. Dia mengerjakan semua tugas yang bias mendatangkan kepuasan nyonya rumah dan selalu menggoncangkan tempat tidurnya dengan bersemangat hingga bulu-bulu kasurnya beterbangan menyerupai butiran-butiran salju. Dengan demikian dia bias menjalani kehidupan yang menyenangkan bersama perempuan tua itu; tak pernah ada kata-kata yang mengandung kemarahan; dan selalu tersedia daging rebus atau panggan setiap hari.

Selama beberapa waktu dia tinggal bersaa ibu Holle, hingga kemudian dia merasa sedih. Awalnya dia tidak mengerti yang terjadi pada dirinya, namun akhirnya dia menyadaribahwa dia merindukan rumahnya: meskipun dia merasa seribu kali lebih nyaman tinggal di tempat itu daripada di rumahna, tetap saja dia merindukan rumahnya. Akhirnya dia berkata pada perempuan tua itu, “Aku merindukan rumahku;dan betapapun senangnya aku berada di sini, aku tidak bias tinggal lebih lama lagi; aku harus kembali ke tempat asalku.” Ibu Holle berkata, “aku senang kau merindukan rumahmu lagi, dan karena kau sudah melayaniku dengan sangat tulus, maka aku sendiri yang akan membawamu kembali ke atas.”
Kemudian perempuan tua tersebut menuntut tangan si gadis, dan membawanya menuju sebuah pintu besar. Daun pintu terbuka, dan saat si gadis berdiri di bawah pintu keluar, serpihan-serpihan emas menghujaninya dengan begitu deras, dan seluruh emas itu tetap menempel padanya, sehingga seluruh tubuhnya tertutupi emas tersebut. “sudah semestinya kau memilikinya karena kau sangat rajin,” ujar ibu Holle, dan pada saat bersamaan dia memberi gadis itu pintalan yang pernah dia jatuhkan ke dalam mata air. Selanjutnya pintu pun tertutp, dan sang gais mendapati dirinya telah berada di permukaan tanah, tidak jauh dari rumah ibunya.

Saat dia berjalan menuju halaman, seekor ayam jantan sedang berdiri di sisi mata air, dan berkokok,

            “Kukuruyuuk!
            Anak gadis emasmu telah kembali padamu!”

Lalu dia mendatangi ibunya, dank arena dia muncul dengan tubuh dipenuhi emas, maka dia pun disambut suka cita oleh ibu dan saudara perempuannya. Sang gadis menceritakan semua peristiwa yang dia alami. Setelah ibunya mengerti cara dia kembali dengan membawa kekayaan berlimpah, maka ibunya sangat menginginkan keberuntungan yang sama untuk anak kandungnya yang jelek dan malas. Dia menyuruh anaknya duduk di sisi mata air dan memintal, dan agar pintalannya tenoda oleh darah, dia mngulurkan tangannya pada semak-semak berduri lalu menusukan jari-jarinya sendiri. Kemudian dia melempar pintalannya ke dasar mata air, lalu melompat masuk ke dala.
Seperti gadis yang sebelumnya, dia pun tiba di padang rumput yang indah dan kemudia berjalan di jalur yang sama. Ketika dia sampai di sebuah pemanggang roti, roti-roti itu kembali beteriak, “Oh, keluarkan aku! Keluarkan aku! Atau aku akan terbakar. Aku sudah terpanggang terlalu lama!” namun anak mala situ hanya menjawab, “memangnya aku sudi membuat diriku kotor?” dan berlalulah dia.

Tidak lama kemudian sampailah dia di hadapan sebatang pohon apel yang beteriak, “oh, goncangkanlah aku! Kami, apel-apel ini, semuanya sudah matang!” namun gadis mala itu hanya menjawab, “Bagus sekali! Dengan begitu salah satu dari kalian bias menjatuhi kepalaku!” dia pun kembali berlalu. Begitu tiba di rumah ibu Holle, dia tidak merasa takut karena sebelumnya sudah mendengar cerita tentang gigi-gigi Ibu Holle yang besar itu, dan dengan segera dia menawarkan diri untuk melayani perempuan tua itu.

Pada hari pertama dia memaksakan diri untuk bekerja giat, dan mematuhi semua perintah ibu Holle, demi memikirkan emas-emas yang akan dia dapatkan dari perempuan tua itu. Tetapi pada hari kedua dia mulai menjadi malas, dan tetap demikian di hari ketiga, dan selanjutnya malah sama sekali tidak mau bangun di pagi berikutnya. Dia juga tidak pernah mengurus tempat tidur Ibu Holle seperti yang seharusnya dia lakukan, dan tidak menpuk-nepuk kasurnya agar bulu-bulunya beterbangan.

Lama-kelamaan ibu Holle menjadi lelah akan semua ini, dan memberinya peringatan untuk pergi. Gadis mala situ bersedia pulang, dan berpikir bahwa sekarang saatnya hujan emas akan datang. Ibu Holle juga menuntunnya menuju sebuah pintu besar; namun saat dia berada di bawah ointu itu, bukan emas yang dia daptkan, melainkan seceret penuh minyak hitam menyirami seluruh tubuhnya. “itu adalah imbalan atas layananmu,” kata ibu Holle, lalu menutup pintu.

Gadis malas itu pun pulang, tetapi tubuhnya telah tertutup minytak hitam, dan ayam jantan yang sedang berada di sisi mata air, berteriak setelah melihatnya,
           
            “Kukuruyuuk!
            Anak gadis minyak-hitam telah kembali padamu!”

Namun terlanjur melekat erat pada gadis malas itu, dan tidak dapat dihilangkan sepanjang hidupnya.


N.B Dikarenakan dongen Frau Holle inilah, masyarakat Jerman ketika salju akan berkata "Frau Holle sedang merapikan tempat tidurnya!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please let me know what's in you mind